Dear My Future Husband..
kau
tahu kn. Allah sudah menyimpan namamu, lama sekali. sejak aku masih
berada di rahim Ibu, sejak aku baru berupa seonggok daging lalu Allah
meniupkan ruh padaku. dan kini, namamu juga yang sedang jadi bahan utama
pembicaraanku dengan-NYA. Mesra sekali saat aku bersama-NYA,
kadang-kadang aku bertanya, lalu kujawab sendiri, kadang2 aku menebak,
namun lebih sering meminta di hadapan DIA. ya.. pada akhirnya, aku
memohon pada-NYA dg sungguh2, untukku, untukmu.
dahulu,
kita tak pernah saling mengenal.. Seperti tiupan angin yang
menerbangkan mawar, kaulah satu kelopak yang tertinggal dan jatuh tepat
di beranda hati. dan aku menyimpannya hingga kini. aku tidak mengenalmu
dengan pasti. aku tidak ingin mengenalmu. aku pikir, biar semuanya
tersimpan dengan rapat. biar dikunci dengan kuat. siapa dan bagaimana
kamu, biar kudengar sendiri dari-NYA.
Jika
telah kokoh segala tiang yang kaupancangkan di hatimu, untuk
memilihku.. pastikan bahwa itu adalaah jawaban dari-NYA. bahwa itu juga
adalah pilihan DIA.
Sebab, ketika kau memilihku, kamu tidak akan punya pilihan yang lain.
Sebab,
menikah bukan saja tentang matahari, namun tentang bumi. suatu saat
terjadi malam, siang, hujan, badai, segalanya, kita layari bersama.
berdua.
dan kita menikah bukan sj di hadapan
orang-orang, tp di hadapan Allah. Allah yang mempertemukan kita, maka
kita tidak akan mengecewakannya dengan apapun juga, kan?
Aku
tidak menginginkan apa-apa, sederhana saja, bawa aku ke syurga,,, dan
itu sudah cukup membuatku bahagia. kau paham? membangunkanmu,
membuatkan kopi hangat, menggoreng ubi, memasak nasi, lauk, mencuci
pakaianmu, mengepel lantai, belanja, mengandung, melahirkan, mendidik
anak, menggendong anak, mengajarinya berjalan, berlari, menulis,
membaca, mengaji, segalanya. aku lakukan demi kamu. demi syurga. demi
DIA yang telah menyatukan kita. maka bagaimana bisa aku tidak hendak ke
sana bersamamu? bersamamu?
saat ujian
berdatangan, pastikan kita saling bergenggaman. karna, kita adalah
makhluk bersayap tunggal, yang tak kan mampu terbang tanpa bertautan
tangan.
pd akhirnya, aku.. aku ingin menua
bersamamu. tidak ada bedanya, saat pertama kali kita bertemu, atau saat
kita telah menua karna usia. kita, tetap akan seperti dulu.
*Teruntuk calon suamiku....